Sistem Berlapis (Layered system)
Sistem operasi dibagi menjadi
beberapa lapisan. Lapisan terbawah (layer 0) adalah hardware dan yang tertinggi
(layer N) adalah user interface. Lapisan N memberi layanan untuk lapisan N+1
sedangkan proses-proses di lapisan N dapat meminta layanan lapisan N-1 untuk
membangun layanan lapisan N+1. Lapisan N dapat meminta layanan lapisan N-1
namun lapisan N tidak dapat meminta layanan lapisan N+1. Masing-masing berjalan
pada lapisannya sendiri.
Menurut Tanenbaum dan Woodhull,
sistem terlapis terdiri dari enam lapisan, yaitu:
• Lapisan 0. Mengatur alokasi
prosesor, pertukaran antar proses ketika interupsi terjadi atau waktu habis dan
lapisan ini mendukung dasar multi-programming pada CPU.
• Lapisan 1. Mengalokasikan ruang
untuk proses di memori utama dan pada 512 kilo word drum yang digunakan untuk
menahan bagian proses ketika tidak ada ruang di memori utama.
• Lapisan 2. Menangani komunikasi
antara masing-masing proses dan operator console. Lapisan ini masing-masing
proses secara efektif memiliki operator console sendiri.
• Lapisan 3. Mengatur peranti I/O
dan menampung informasi yang mengalir dari/ke proses tersebut.
• Lapisan 4. Tempat program
pengguna. Pengguna tidak perlu memikirkan tentang proses, memori, console, atau
manajemen I/O.
• Lapisan 5. Merupakan operator
sistem.
Contoh sistem operasi yang
menggunakan pendekatan berlapis adalah THE yang dibuat oleh Djikstra dan
mahasiswa-mahasiswanya, serta sistem operasi MULTICS.
Keunggulan model berlapis lapis :
·
Sistem dibagi menjadi beberapa modul dan tiap modul dirancang secara
independen.
·
Setiap lapisan dapat dirancang, dikode dan diuji secara mandiri
·
Menyederhanakan rancangan, spesifikasi dan implementasi sistem operasi
Kelemahan model berlapis-lapis :
·
Fungsi-fungsi sistem operasi harus diberikan ke tiap lapisan secara hati-hati